Selasa
SEDEKAH KEPADA PENGEMIS
----------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------
Kisah
ini dimulai dari seseorang yang bernama Nurdin. Sore itu, Nurdin ditemani istri
dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga untuk keperluan rutin
bulanan di sebuah toko swalayan. Usai membayar di kasir, mereka pun keluar
untuk pulang dengan tangan-tangan mereka yang sarat dengan tas plastik
belanjaan.
Baru
saja mereka melangkahkan kaki keluar dari toko swalayan, isteri Nurdin
dihampiri oleh seorang wanita pengemis yang saat itu menggandeng seorang putri
kecilnya. Wanita pengemis itu memohon kepada istri Nurdin, “Mohon beri kami
sedekah, Bu!”
Dengan
sedikit enggan, isteri Nurdin membuka dompetnya dan menarik selembar uang
kertas senilai seribu rupiah kemudian ia memberikannya kepada si wanita pengemis
itu. Wanita pengemis pun menerimanya dengan sukacita. Namun ketika dilihatnya,
jumlah tersebut tidak mencukupi kebutuhan, ia pun memberi isyarat kepada isteri
Nurdin. Pengemis itu menguncupkan jari-jarinya dan di arahkan ke mulutnya.
Namun isteri Nurdin tidak memahami maksud dari si wanita pengemis tersebut,
sehingga isteri Nurdin menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai tanda bahwa ia
tidak paham maksudnya.
Kemudian
pengemis itu kembali memberi isyarat, ia menunjuk warung nasi di sebelah toko
lalu memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang
terkuncup itu ke mulutnya. Akhirnya isteri Nurdin paham bahwa si wanita
pengemis itu menginginkan sedekah tambahan untuk membeli makan.
Istri
Nurdin pun membalas isyarat tersebut dengan gerak tangannya sambil berkata,
“Ah, tidak… tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu! Mintalah kepada
yang lain juga, bukankah disini banyak sekali orang?”
Dengan
merasa kesal karena merasa harinya terganggu, isteri dan puterinya Nurdin pergi
menuju ke sebuah booth ice cream untuk membeli beberapa cup es krim kesayangan
puterinya. Pada saat yang bersamaan, Nurdin berjalan kearah ATM center guna
melihat saldo yang tersisa di rekeningnya. Ketika itu memang sedang tanggal
muda, saatnya menerima gaji, oleh karena itu Nurdin ingin melihat apakah uang
gajinya sudah di transfer kerekeningny atau belum.
Di
depan ATM, Nurdin memasukkan kartu ATM nya ke dalam mesin. Ia tekan langsung
tombol informasi saldo. Sesaat kemudian, di layar mesin ATM muncul beberapa
digit angka yang membuat Nurdin tersenyum lega. Ya, uang gajinya untuk bulan
ini sudah ditransfer, dan sudah masuk ke dalam rekeningnya.
Nurdin
menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM, dan uang pecahan
ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Kemudian
ditemukannya ada satu lembar uang berwarna merah juga sisa belanja di toko
swalayan tadi, yang hanya bernilai 10 ribu rupiah saja yang segera ia tarik
dari dalam dompet.
Uang
tersebut kemudian ia lipat kecil, dan ketika keluar dari ATM center,
diberikannya uang tersebut kepada si wanita pengemis yang masih saja menunggu
tambahan sedekah dari orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya.
Ketika
si wanita pengemis melihat nilai uang yang diterimanya, ia pun berteriak
kegirangan. Ia pun berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada
Nurdin dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan:
“Alhamdulillah…Alhamdulillah…Alhamdulillah…
terima kasih banyak tuan!! Saya doakan semoga Allah memberi rezeki yang
berlipat ganda untuk tuan sekeluarga. Semoga Allah memberikan kebahagiaan lahir
dan batin untuk tuan dan sekeluarga. Semoga tuan dikaruniai keluarga yang
sakinah, mawaddah wa rahmah. Rumah tangga yang selalu tenteram dan harmonis,
dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi
oleh Allah tempat yang terhormat kelak nanti di surga…!”
Sungguh
diluar dugaan, Nurdin benar-benar tidak menyangka akan mendapati respon yang
begitu mengharukan. Nurdin mengira bahwa wanita pengemis tadi hanya akan
berucap terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh si wanita pengemis
tadi benar-benar membuat Nurdin terpukau dan membisu. Apalagi ketika ia
mendengar wanita itu berkata kepada puteri kecilnya, “Alhamdulillah nak,
akhirnya kita bisa makan juga…!”
Deg…!!!
Hati Nurdin berdetak begitu kencang. Rupanya wanita pengemis tadi sungguh
berharap mendapatkan tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sesaat
kemudian mata Nurdin mengikuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang
jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk membeli makan disana.
Nurdin
masih berdiri terdiam dan terpana di tempat itu. Sampai ketika isteri dan
putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Nurdin. Mata Nurdin yang kini mulai
berkaca-kaca, tak bisa disembunyikannyadan istrinya pun mengetahui itu. “Ada
apa pak, kok sepertiny bapak habis menangis?” istrinya bertanya.
Dengan
suara yang agak berat dan terbata Nurdin menjelaskan: “Aku baru saja
menambahkansedekah kepada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah, bu!”
Pada
mulanya istri Nurdin hampir tidak setuju dan hendak protes ketika Nurdin
mengatakan bahwa ia memberi tambahan sedekah kepada si wanita pengemis tadi.
Namun segera Nurdin melanjutkan kalimatnya:
“Bu,
aku memberi sedekah kepadanya hanya sejumlah itu. Saat menerimanya, ia berucap
hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Bukan hanya itu saja, ia
mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan juga keluarga kita.
Panjaaaaaaang sekali ia berdoa!”
Nurdin
melanjutkan, “Dia hanya menerima karunia dari Allah SWT sebesar 10 ribu rupiah
saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya baru saja ke
ATM, saat aku melihat saldo di rekeningku dan ternyata disana ada jumlah yang
mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu rupiah. Saat melihat
saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk, tersenyum dan merasa lega. Aku lupa
bersyukur, dan aku lupa berucap hamdalah.”
“Bu,
aku sangat malu kepada Allah! Pengemis tadi yang hanya terima 10 ribu rupiah
saja sudah begitu bersyukurnya dia kepada Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau
memang demikian, siapakah sebenarnya yang pantas masuk ke dalam surga Allah,
apakah dia yang hanya menerima 10 ribu rupiah tapi mampu bersyukur dengan luar
biasa, ataukah aku yang menerima jumlah yang jauh lebih banyak dari itu namun
sedikitpun aku tak pernah mensyukurinya bahkan tak pernah berucap hamdalah.”
Nurdin
mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa butir air
matanya mulai menetes. Istri dan putrinya pun menjadi lemas setelah menyadari
betapa selama ini kurang bersyukur sebagai hamba. Ya Allah, ampunilah kami para
hamba-Mu yang kerap lalai atas segala nikmat-Mu!
daftar bisnis ustad yusuf mansur
daftar bisnis ustad yusuf mansur