Selasa
SEGITIGA PIKIRAN, ENERGI DAN REZEKI
Pikiran secara bahasa
berasal dari kata piker yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki
arti: 1) hasil piker; 2) akal dan ingatan; 3) akal (dalam arti daya upaya); 4)
angan-angan dan gagasan; 5) niat dan maksud. Jika menengok arti pertama di atas
bahwa pikiran adalah hasil dari berfikirnya manusia. Nmun, apakah sebenarnya
berfikir itu sendiri? Berfikir berarti menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Berfikir merupakan kegiatan akal yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selama ini banyak anggapan bahwa manusia
berfikir ketika terjdi masalah? Asumsi ini tidak salah, tetapi ada yang kurang
dari pengambilan kesimpulan tersebut. Jika kita berfikir ketika hanya ada
masalah, lalu apakah ketika tidak ada masalah kita tidak berfikir? Tentu tidak,
otak dan akal kita tidak pernah berfikir karena jika kita berhenti berfikir
maka kita telah mati. Sejatinya, dalam berfikir kita melakukan salah satu dari
dua hal, yaitu membentuk pengertian baru dan menentukan keputusan.
Selama ini, kebanyakan
manusia belum sadar benar akan potensi akal yang dimilikinya sehingga hanya
sebagian kecil saja yang telah digunakan. Allah Swt menganugerahi manusia
dengan akal untuk berfikir tentang kebesaran-Nya dan menjalankan tugasnya
sebagai khalifah di muka bumi ini. Pikiran yang dihasilkan oleh daya kerja otak
menghasilkan gelombang-gelombang energy yang menarik daya lain yang dapat
dimanfaatkan untuk memperoleh kesuksesan, keuntungan, maupun kebahagiaan.
Secara fisik, tempat
kegiatan berfikir manusia adalah di otak. Para ahli biologi tubuh manusia,
dokter, dan psikolog telah menemukan adanya hubungan aktivitas berfikir dengan
aktivitas otak. Melalui pendekatan pemindaian dengan teknologi EEG para ahli
meyakini bahwa proses berfikir manusia terjadi di organ otak. Lebi jauh
dikatakan bahwa aktivitas otak yang terkait dengan proses berfikir adalah
interaksi antar sel saraf otak membuat jembatan semu sinaps!
Berfikir merupakan
kegiatan otak yang menghasilkan pikiran/pemikiran. Oleh sebab itu, agar hasil
yang berupa pikiran atau pemikiran tersebut bernilai positif, mengandung
manfaat, dan berguna bagi kepentingan sesame maka input yang menjadi bahan
dalam kegiatan berfikir pun harus positif sehingga hasilnya pun positif,
sebaliknya jika input-input yang kita masukkan bersikap negative dan merusak
maka hasilnya pun akan negative. Saat seorang pengusaha ingin memiliki sebuah
perusahaan dengan omzet yang banyk, tetapi input-input yang dimasukkan ke dalam
otaknya adalah hal-hal yang negative, seperti bagaimana cara mendapatkan
keuntungan sebesar-besarnya, korupsi, kolusi, mengesampingkan kepedulian social
masyarakat sekitar tentu hasil pemikirannya pun akan menarik unsure-unsur
negative lain sehingga bukan kesuksesan ;yang didapatkan tetapi
ketidakberuntungan yang diperoleh, misalnya dipenjara karena terbukti korupsi
dan sebagainya. Oleh sebab itu, kita senantiasa harus membiasakan diri untuk
memberi input-input positif terhadap otak kita agar kegiatan berfikir di
dalamnya menghasilkan sesuatu yang positif dn bermanfaat bagi sesama.
Dengan karunia akal dan
otak, manusia diperintah untuk mempergunakan dan memanfaatkan dengan
sebaik-baiknya untuk kemaslahatan dirinya maupun maslahat sesame dan maslahat
alam. Cara terbaik untuk mempergunakan dan memanfaatkannya adalah dengan
berfikir. Banyak ayat-ayat dalam al-Qur’an yang memerintahkan kita untuk
melakukan aktivitas berfikir karena itu merupakan hal yang membedakn kita
dengan makhluk lain.
“Dan dia menundukkan malam
dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan
(untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya). (QS. An-Nahl
[16); 12)
“Adakah yang mengetahui bahwasanya
apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang
buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.”
(QS. Ar-Ra’d [13]; 19)
Bahkan, dengan tegas pula
bahwa Allah Swt mencela manusia yang tidak mau berfikir dan menggunakan
akalnya. Karena, orang yang tidak mau menggunakan akalnya sama dengan binatang
atau bahkan lebih hina daripada binatang itu sendiri. Bentuk hinaan tersebut
dalam redaksi al-Qur’an menggunakan kalimat-kalimat tanya yang mengandung makna
negative, seperti, “apakah kamu tidak berfikir?” dan bentuk lainnya.
Sebagaimana disebutkan dalam firman-firman-Nya;
“Ah (celakalah) kamu dan
apa yang kamu sembah selain Allah. Mak apakah kamu tidak memahami?” (QS.
Al-Anbiyaa [21]: 67)
“Sesungguhnya binatang
(makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak
dan tuli, yang tidak mengerti apa-apa pun.” (QS. Al-Anbiyaa [8]; 22)
“Mengapa kamu suruh orang
lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri,
padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berfikir?” (QS.
Al-Baqarah [2]: 44)
“Hai ahli kitab, mengapa
kamu bantah membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak
diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berfikir?” (QS. Ali
Imran [3]; 65)
daftar bisnis ustad yusuf mansur
daftar bisnis ustad yusuf mansur