Selasa
RAHASIA DIBALIK IKHTIAR DAN TAWAKAL
Ikhtiar
dan tawakkal merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Sebuah ikhtiar yang
tidak dibarengi dengan tawakkal maka akan menunjukkan kesombongan seseorang,
sedangkan tawakkal saja tanpa disertai ikhtiar maka hanya menunjukkan kemalasan
dan kepasrahan seseorang. Padahal, Allah Swt memerintahkan kita kedua-duanya,
yaitu ikhtiar dibarengi dengan tawakkal. Banyak hal yang terkandung dibalik
perintah ikhtiar dan tawakkal, di antaranya:
a. Allah Swt mencintai orang yang
berikhtiar dan bertawakkal
Nasib
masing-masing hamba sebenarnya telah ditulis di lauh mahfudz sebelum hamba itu
lahir ke dunia ini, baik berupa rezeki, umur, mati, jodoh, telah tertulis.
Meskipun begitu, bukan berarti seorang hamba pasrah begitu saja menjalani hidup
di dunia tanpa ada ikhtiar. Ikhtiar hendaknya dilkukan dengan segenap kekuatan
dan tanpa mengenal putus asa. Sebagaimana kita bisa mengambil pelajaran dari
kisah Nabi Ya’kub As yang tidak pernah putus asa dalam mencari anaknya Nabi
Yusuf As. Beliau selalu berpesan kepada anak-anaknya agar tidak berputus asa
untuk mencari adiknya Nabi Yusuf As. Hingga akhirnya mereka bisa bertemu
kembali. Itulah bukti kecintaan Allah Swt kepada hamba-Nya yang mau ikhtiar
tanpa mengenal putus asa dalam melakukan kebaikan. Sebagaimana dikisahkn dalam
al-Qur’an;
“Hai
anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesunggunya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf [12]; 78)
Allah
Swt juga sangat mencintai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya, karena
tawakkal merupakan akhlak yang terpuji dan menunjukkn bahwa seorang hamba itu
memasrahkan dirinya kepada Dzat yang Maha Segala. Tawakkal juga menjadi bukti
kehambaan seseorang terhadap Tuhannya. Jikalau seseorang tidak ada memiliki
sifat tawakkal dan hanya menggantungkan kepada usahanya dan kekuatan dirinya
saja berarti ia sombong dan seolah-olah menantang kesabaran Tuhannya. Padahal,
dibalik kesuksesan seseorang terdapat kekuatan-kekuatan tak terlihat (kebesaran
Tuhan) yang membantunya. Itulah bukti kecintaan Allah Swt kepada hamba-Nya yang
mau bertawakal setelah melakukan ikhtiar. Pernyataan kecintaan Allah Swt
tersebut tersurat dalam al-Quran;
“…sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran [3];
159)
Salah
satu bukti kecintaan Allah Swt kepada hamba-Nya yang bertawakal adalah kisah
Nabi Ibrahim As. Dikisahkan pada saat Nabi Ibrahim akan dibakar oleh raja
Namrudz karena menghancurkan berhala-berhala, beliau tetap sabar, ikhlas, dan
bertawakkal kepada Allah Swt. Beliau berdoa dengan penuh keyakinan bahwa Allah
Swt akan menyelamatkannya. Beliau mengucpkan doa “Hasbunallah wa ni’mal wakil”
(cukuplah Allah Swt bagiku dan sebaik-baik pengurus). Lalu, Allah Swt pun
menyelamatkannya dari panasnya api.
b. Ikhtiar dan tawakkal merupakan
akhlak para nabi
Allah
Swt menurunkan para nabi dan rasul ke dunia ini sebagai penyeru umat manusia
sekalian agar menyembah kepada-Nya. Sebagai nabi dan rasul, mereka tentu
memiliki kelebihan dibanding dengan manusia lain pada umumnya karena tugas
sebagai rasul tidaklah ringan. Mereka juga menjadi suri teladan bagi umat
manusia semua dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, Allah Swt menyatakan dalam
al-Qur’an bahwa Rasulullah Saw adalah suri teladan yang baik bagi manusia.
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab [33]; 21)
Di
antara akhlak terpuji yang patut kita tiru dari para nabi adalah sikap ikhtiar
dan tawakkal. Bila kita perhatikan dan simak kisah-kisah para nabi, terutama
yang termasuk rasul ulul azmi maka kehidupan sehari-hari dari mereka selalu
dihiasi dengan sikap ikhtiar dan tawakkal. Mereka senantiasa berikhtiar untuk
mengajak kaumnya menyembah Allah Swt, tak sedikit cobaan dan tantangan yang
mereka terima dalam berdakwah. Akan tetapi, mereka menghadapinya dengan penuh
kesabaran dan tawakkal kepada Allah Swt atas usaha dakwah yang mereka lakukan.
Sebagaimana kisah Nabi Musa As ketika dikejar pasukan Fir’aun. Tatkala Nabi
Musa As dan kaumnya berlari hingga ke tepi laut merah dan pasukan Fir’aun
berada di belakang, sedangkan tidak ada jalan lari lain. Lalu, Nabi Musa As
mengajak kaumnya berdoa dan bertawakkal kepada Allah Swt bahwa Dia akan
menyelamatkan hamba-hamba yang beriman. Tak lama kemudian, Allah Swt pun
membelah laut merah dan terpampanglah jalan untuk Nabi Musa As dan kaumnya.
Maka selamatlah mereka dari kejaran pasukan fir’aun. Itu salah satu bukti bahwa
Allah Swt mencintai hamba-nya yang bertawakkal.
c. Ikhtiar dan tawakkal merupakan kunci
kebahagiaan dalam hidup
Tugas
manusia di muka bumi ini adalah sebagai khalifah. Tugas yang berat ini tentunya
tidak serta merta diberikan kepada manusia tanpa dibekali dengan bekal yang
memadai untuk menjalankannya. Untuk itulah, manusia diberi akal dan nafsu untuk
menjalankan tugas tersebut. Dalam perjalanan hidupnya sebagai khalifah, manusia
tentu mengalami fase-fase berat maupun ringan sehingga kadang kala manusia
tidak merasakan kebahagiaan dalam hidup ini dan diisi hanya dengan keluh kesah.
Agar
hidup senantiasa dalam kebahagiaan, ada cara yang telah diajarkan oleh Allah
Swt melalui para nabi dan rasulNYA. Cara tersebut adalah dengan melakukan
ikhtiar dan tawakkal. Keduanya merupakan kunci untuk mendapatkan kebahagiaan
hidup di dunia ini. Mengapa demikian? Hal itu dikarenakan ikhtiar menjadikan
manusia selalu melakukan usaha untuk menemukan apa yang ingin dicapainya,
sedangkan tawakkal sebagai penyeimbang agar selalu memasrahkan diri atas usaha
yang telah dilakukan kepada Allah Swt ketika keduanya dilakukan secara
beriringan, manusia tentu akan arif dalam menyikapi hidup bahwa segala sesuatu
yang terjadi adalah ketentuan-Nya. Cara pandang yang demikian ini merupakan
cara menikmati kebahagiaan hidup. Segala hasil dari ikhtiar dan tawakkal yang
kita lakukan hendaknya disikapi dengan ikhlas. Karena segala keputusan-Nya
adalah yang terbaik dan Dia Maha Tahu segala yang baik bagi diri kita.
d. Ikhtiar dan tawakkal merupakan
manifestasi dari keimanan
Melakukan
ikhtiar dan melengkapinya dengan tawakkal adalah bukti dari keimanan seseorang.
Dengan melakukan ikhtiar bukan berarti meniadakan tawakkal, dan bukan pula
dengan melakukan tawakkal lantas ikhtiar tidak dilakukan, melainkan keduanya
dilakukan secara bersama-sama. Sebab, takdir dan ketentuan Allah Swt terhadap
makhluk memiliki kaitan yang erat dengan ikhtiar makhluk itu sendiri. Allah Swt
memerintahkan hamba-Nya untuk tetap melakukan ikhtiar, dan pada saat yang sama
Allah Swt juga memerintahkan hamba untuk bertawakkal kepada-Nya. Ikhtiar
merupakan bentuk ibadah batiniah sebagai bentuk manifestasi keimanan kita
terhadap Qada’ dan Qadar Allah Swt. Sebagaimana dalam firman-Nya;
“Dan
katakanlah; “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin
akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang
mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah [9]; 105)
Bekerja
merupakan perintah langsung dari Allah Swt kepada manusia, jadi apabila manusia
bermalas-malasan, tidak mau bekerja, dan malah berkeluh kesah karena nasibnya
yang jelek berarti ia tidak melaksanakan perintah Allah Swt tersebut. Lalu,
siapakah yang patut untuk disalahkan? Tentu, manusia itu sendiri yang patut
disalahkan karena tidak mau menjalankan perintah bekerja. Meskipun rezeki
msing-masing makhluk telah dijamin oleh Allah Swt, bukan berarti tidak
melakukan usaha untuk memperolehnya, yaitu bekerja. Adapun hasil yang akan kita
peroleh dari bekerja kita pasrahkan sepenuhnya kepada Allah Swt, banyak ataupun
sedikit yang diperoleh kita terima dengan ikhlas karena itu merupakan ketentuan
dari-Nya, itulah yang disebut tawakkal. Apabila kita mampu melakukan hal yang
demikian itu, niscaya kebahagiaan sejati dalam hidup ini akan semakin kita
rasakan, bukan hanya kebahagiaan semu dengan banyaknya harta benda.
e. Doa dan tawakkal
Hendaknya
kita senantiasa terus berikhtiar atas mimpi dan cita-cita yang ingin kita
capai. Setelah kita cukupkan ikhtiar, maka hal selanjutnya adalah bertawakkal
kepada Allah Swt. Hasil yang akan kita dapatkan pun harus disikapi dengan
ikhlas karena segala ketentuan-Nya adalah yang terbaik bagi kita. Dia-lah yang
Maha Tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya.
Rasulullah
Saw mengajarkan doa ketika hendak menyerahkan segala urusan (bertawakkal)
kepada Allah Swt: “Dengan Allah Swt, aku serahkan semuanya kepada Allah Swt
karena tiada daya dan upaya kecuali atas pertolongan-Nya.”
daftar bisnis ustad yusuf mansur
daftar bisnis ustad yusuf mansur