Senin
TAWAKAL TIDAKLAH MENINGGALKAN PEKERJAAN FISIK
Jelas sudah, tawakal bukan
berarti kongkouw-kongkouw di rumah
dan menunggu rezeki turun dari langit begitu saja. Jelas tidak begitu. Orang
yang berpendapat bahwa tawakal adalah menyerahkan semuanya kepada Allah tanpa
ikhtiar adalah sesat dan menyesatkan. Orang itu adalah orang yang paling malas
di dunia dan tidak sehat mentalnya. Dan orang dengan pemahaman seperti itu,
bagi saya adalah sumber kemunduran, sumber malapetaka, sumber kemiskinan,
sumber kemalasan, dan sumber dari segala sumber “energi negatif” yang harus
kita jauhi dan hindari. Berhati-hatilah! Orang dengan pemahaman seperti itu
tidaklah sedikit. Ia ada di mana – mana. Ia ada di sekitar kita. Ia bisa berupa
teman karib kita, sahabat kita, saudara kita, orangtua kita, bahkan ia bisa
berupa guru, dosen, ustadz, dan kiai kita.
Saran saya, jika Anda
menemukan orang yang berpandangan seperti itu segera tinggalkanlah ia. Jika
tidak, Anda sesungguhnya sedang terancam bahaya yang sangat besar. Cari, temui
dan temanilah orang-orang yang berpandangan mencerahkan seperti Imam Ahmad di
atas. Karena orang dengan jenis seperti Imam Ahmad itu adalah pusara “energi
positif” yang akan menyukseskan dan memajukan kehidupan Anda. Insya-Allah!
Imam Abu Hamid Al-Ghazali.
Beliau berkata “Tidak jarang orang berpandangan bahwa arti tawakal itu adalah
meninggalkan kerja fisik dan tidak berpikir sama sekali tentang bagaimana daun
bisa jatuh di permukaan bumi atau seonggok daging bisa berada di atas kayu
landasan. Pandangan seperti ini adalah pandangan orang-orang bodoh dan dilarang
dalam agama. Padahal agama itu sangat memuji kepada orang-orang yang
bertawakal. Lalu bagaimana dia akan mencapai kedudukan terpuji dengan melanggar
larangan agama?”
Apa maksud dari perkataan
Imam Al-Ghazali di atas? Sesungguhnya, tawakal itu berhubungan langsung dengan
tindakan nyata yang sungguh-sungguh. Artinya orang yang sungguh-sungguh
bertawakal adalah orang-orang yang sungguh-sungguh bertindak dan bekerja, bukan
malah meninggalkannya. Karena itulah, pengaruh tawakal akan tampak pada
gerakan, usaha dan perbuatan seseorang dalam mencapai tujuan-tujuannya. Hal ini
senada dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dan Al-Hakim dari
Ja’far bin Amr bin Umayyah dari ayahnya, dia berkata: Seseorang telah berkata
kepada Rasulullah Saw, “Aku biarkan untaku dan aku bertawakal.”
Rasulullah bersabda
“Ikatlah ia dan bertawakallah.”
Dalam riwayat Imam
Al-Qudha’i disebutkan, bahwa Amr bin Umayyah berkata: Aku berkata, “ Ya
Rasulullah, apakah aku mengikat unta kendaraanku dan bertawakal kepada Allah
atau aku melepaskannya saja dan bertawakal?”
Beliau bersabda, “Ikatlah
ia dan bertawakallah.”
Jadi kesimpulannya,
“Tawakal itu bukan berarti meninggalkan pekerjaan. Justru seorang Muslim itu
dianjurkan untuk berusaha dan bekerja sungguh-sungguh. Hanya saja dia tidak
boleh bersandar pada usahanya semata-mata, tetapi ia harus berkeyakinan bahwa
segala urusan itu di tangan Allah, bahwa hasilnya adalah keputusan Allah, dan
bahwa rezeki itu datang hanya karena kehendak Allah semata,” demikian Dr.
Fadhal Ilahi berpendapat dalam Mafaatihurrizqi
fii Dhauil Kitaab wa Sunnah.
Yakinlah bila engkau
bertawakal kepada Allah, maka Allah tidak akan menyempitkan urusan dan
rezekimu. Yakinlah, Allah pasti akan memberikan karunia-Nya kepadamu. Yakinlah
sebagaimana Allah memerintahkan kepadamu dalam QS. At-Taubah[9]:59, “Jika mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa
yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: ‘ Cukuplah Allah
bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebagian dari karunia-Nya dan
demikian (pula) rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap
kepada Allah,’ (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).”
Dalam konteks tawakal ini,
yakinlah bahwa Innamaa amruhu idza araada
syaian an yaquula lahu kun fayakun, “Sesungguhnya perintah-Nya Dia menghendaki
sesuatu hanyalah berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ maka terjadilah ia.” (QS.
Yaasin[36]:81).
daftar bisnis ustad yusuf mansur
daftar bisnis ustad yusuf mansur