Senin
SHALAT TEPAT WAKTU DAN SEDEKAH
Saudara yang dirahmati
Allah, mudah-mudahan kita sudah mulai untuk mengisi waktu dengan hal-hal yang
bermanfaat. Tidak lagi menghabiskan waktu untuk hal-hal yang sia-sia. Kita ini
umat Islam, untuk yang beriman, sehingga tidak boleh waktu kita sia-sia.
Tidur kalau kelamaan tidak
lagi menjadi susah, tapi jadi pemalas. Setiap hari kita diberi kesempatan untuk
berbicara, tapi apa yang kita bicarakan bukan qaulan kariima, qaulan ma’rufa, qaulan shadiqa. Mata yang Allah
berikan, tidak kita gunakan untuk melihat yang bukan-bukan. Telinga yang Allah
titipkan, kita gunakan untuk mendengar yang macam-macam.
Saya ingin melanjutkan
kisah obrolan saya bersama seorang security.
Dalam satu kesempatan saya bertemu dengan seorang security, saya minta diantarkan ke toilet. Saya ngobrol dengan
satpam ini, dia bertanya tentang bagaimana caranya supaya bisa berubah.
Saya jawab, kalau berubah
sendiri susah. Susah... Lama ...! Ambil contoh, saudara sekarang ngontrak rumah Rp 700 ribu/bulan.
Saudara ingin berubah, ingin punya rumah sendiri. Jika tidak pakai Allah, ini
bisa memakan waktu yang lama. Bisa membutuhkan waktu 15 tahun untuk bisa punya
rumah sendiri. Tapi jika kita minta sama Allah, paling 3 tahun, insya Allah.
Asalkan kita konsisten minta sama Allah. Konsisten shalat tepat waktu, doa
kepada Allah. Insya Allah, bisa...!
Saya punya teman, seorang office boy di rumah sakit. Dia office boy yang berbeda. Dia selalu datang
lebih pagi dari jam kantornya karena ingin shalat Dhuha dulu. Karena bos dia
Allah, bukan direktur rumah sakit, bukan direksi, bukan dokter, melainkan
Allah. Asalkan dia mengerjakan pekerjaannnya sambil berzikir, beristiqhfar,
atau bershalawat. Kerjaan dilakukan dengan benar dan dzikir jalan terus. Dalam
tempo kurang dari 14 tahun, office boy
itu sudah menjadi Wadirut (Wakil Direktur Utama). Allahu Akbar...!
Siapa yang mengangkat dia?
Kelihatannya yang mengangkat dia adalah
direktur utama tho? Bukan! Yang ngangkat dia adalah Allah Swt. coba nih
simak QS. Ali Imraan 26-27:
“Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari
oarng yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan
Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkualah segala
kebijakan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan
malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan
yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan
Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” (QS.
Al Imran 26-27)
Siang, bisa Allah ubah
jadi malam. Malam bisa Allah ubah jadi siang. Insya Allah... Jika office boy tadi itu bisa konsisten
menjaga ibadahnya, insya Allah rumah sakit itu bisa menjadi punya dia. Insya
Allah, asalkan dia jangan berhenti beribadah. Intinya adalah kita bisa berubah bersama Allah, dengan
cara shalat tepat waktu dan sedekah.
Sekarang kita lanjutkan kisah
security yang telah saya buka diawal.
Saya tanya security itu
“Saudara bisa shalat jam berapa?”
“Mmm... saya shalat, kalo
ingat ya shalat, kalo lupa ya nggak.” Jawab security.
Saya bilang “Kalo gitu
selamat deh, Saudara akan pensiun
jadi security, insya Allah.”
“Kenapa, ustadz? Ada yang
salah dengan menjadi seorang security?”
“Nggak ada yang salah
dengan menjadi seorang security. Yang
salah adalah security yang nggak
shalat. Itulah persoalannya. Jika Saudara rajin shalat, rajin ibadah, walaupun
Saudara seorang security, jika
Saudara ingin pergi haji, Saudara akan dimampukan. Saudara ingin menikah, akan
Allah mampukan, ingin rumah, kendaran, bisa dapet, insya Allah. Allah yang
memberikan rezeki kepada kita semua.”
Sebenarnya pemisahan
kuadran seperti ini antara penting dan tidak penting. Saya termasuk yang kurang
setuju dengan pendikotomian pekerja dan pengusaha. Sama aja kok pengusaha dan pekerja. Kita sudah
belajar bahwa pengusaha yang jauh dari Allah, rezekinya juga akan sulit. Karena
dia jauh dari Allah. Artinya, jika seorang pengusaha yang jauh dari Allah
dihadapkan dengan seorang pekerja yang dekat dengan Allah, maka jangan heran
jika suatu saat, pengusaha ini akan datang kepada pekerja yang sholeh tersebut.
Bisa jadi malam-malam,
pengusaha tersebut datang ke rumah pekerja sholeh, “Assalamu’alaikum, Din!”
“Wa’alaikumsalam...,
kenapa, bang?”
“Saya numpang tidur di
rumah kamu ya. Saya nggak betah tidur di rumah. Pusing.”
Padahal, si Udin pekerja
yang sholeh ini sedang menginginkan rumah seperti yang dimiliki oleh pengusaha
tersebut. Sedang menginginkan posisi seperti yang dimiliki pengusaha tersebut.
Tapi tiba-tiba Allah hadirkan pengusaha itu ke rumahnya. Terus si Udin bilang,
“Tapi rumah saya cuma punya satu kamar.”
“Nggak
papa, saya tidur di ruang tamu aja. Yang penting saya nggak
balik ke rumah. Pusing ketemu istri yang kerjaannya berantem melulu.”
Ini contoh seorang
pengusaha yang justru mendatangi pekerja yang sholeh. Subhanallah...
Tapi bukan berarti salah
jika seorang pekerja ingin menjadi pengusaha. Nggak ada yang salah, yang
penting persiapkan diri dengan benar. Ibadah yang benar. Sebab, pekerja yang
tidak sholeh itu lebih ringan daripada pengusaha yang tidak sholeh.
Ibaratnya, utang seorang
pekerja pasti jauh lebih sedikit dibandingkan utang seorang pengusaha. Jika
pengusaha, dan dia tidak sholeh, bahaya! Oleh karena itu, persiapkan diri
sebaik-baiknya terlebih dahulu, biar Allah yang memantaskan saudara menjadi
pengusaha.
Bagaimana jika kita ingin
berubah? Ingin pindah kuadran dari pekerja menjadi pengusaha? Jika kita ingin
berubah, pindah kuadran dari pekerja menjadi pengusaha, perbaiki dulu shalat
kita. Shalat tepat waktu.
Saya bilang kepada security tadi: “kamu kalau dipanggil
sama komandan langsung bergerak menghadap. Giliran yang memanggil adalah Allah,
diulur-ulur terus... Shalat Zhuhur jam 2, jam 3... Sekali-kalinya shalat tepat
waktu, itu shalat Jum’at, shalat Idul Fitri dan Shalat Idul Adha. Bagaimana
Allah akan mendahulukan kita jika kita tidak mendahulukan seruan-Nya?”
Yang kedua yang saya
bilang kepada security tersebut jika
ingin berubah sedekah. keluarkan
sedekah. Security itu bilang, “Ustadz, jika saya disuruh shalat tepat waktu,
saya coba lakukan deh. Tapi jika sedekah, saya menyerah ustadz. Setiap
tanggal 17 saja gaji saya sudah habis. Mohon maaf nih ustadz, nanti kalo saya
udah kaya, baru saya sedekah dah..”
Cara berpikir yang seperti
ini nih yang salah, yang nggak bakal dibagi sama Allah: Emangnya Allah
calo apa?!
Harusnya begini ngomongnya,
“Ustadz, saya pengen jual rumah, ini sedekah saya.”
Atau, “Ustadz, saya mau
bangun rumah, tapi belum ada duitnya. Ini tabungan saya, saya sedekahkan ...’
Cakep...!
Atau, “Ustadz, saya punya showroom mobil. Alhamdulillah, tadi
terjual 10 mobil. Ini satu mobil saya antar buat sedekah.” Cakep...!
Atau, “Ustadz, saya ingin
punya kontrakan. Tabungan saya belum cukup buat bangun itu. Ini saya sedekahin
tabungan saya. Tolong disalurkan ke anak-anak yatim, janda-janda tua, dan ke
masjid-masjid yang lagi dibangun.” Cakep...!
Shalat
tepat waktu dipadu dengan sedekah di depan adalah kunci yang akan membawa kita
untuk pintu kuadran.
***
Sesuatu yang lebih penting
bagi kita sejatinya adalah berubah menjadi orang yang lebih sholeh. Orang yang
banyak dermanya, banyak amal sholehnya, insya Allah, Allah akan cukupkan semua
kebutuhannya. Sebenarnya yang terpenting dalam hidup itu adalah cukup bukan
berlebih. Mau nikah, cukup duitnya.
Mau melahirkan anak, cukup. Mau punya rumah, punya kendaraan, cukup.
Insya Allah, dengan
menjadikan diri kita sholeh, Allah yang menguasakan rezeki akan menjamin rezeki
kita. Orang yang tidak taat saja masih Allah berikan rezeki, apalagi untuk
orang yang ta’at, pasti akan Allah berikan yang lebih banyak lagi...
Saya bilang sama security itu di coba pikirkan apa yang
bisa Saudara sedekahkan, masa iya nggak ada. Dia bilang punya moto, ya sudah,
motor itu saja sedekahkan. Tapi dia menolak untuk menyedekahkan motor itu
karena motor itu lambang kewibawaan
security.
Saya tanya lagi kepada security itu, terus jika tanggal 17
gajian saudara sudah habis, apa yang biasanya saudara lakukan? Security itu menjawab: “Kas bon, ustadz. “Saya bilang,
kalau begitu, sekarang saudara kas bon ke kantor. Tapi jangan gunakan uang kas
bon itu untuk belanja kebutuhan hidup, melainkan sedekahkan. Sedekahkan uang
kas bon itu.
“Memang boleh sedekah dari
hutang, ustadz?”
Boleh ... !
Kita ambil contoh, jika
anak kita sakit, dan dokter bilang harus dioperasai. Kita paksakan diri kita
untuk bisa mendapatkan dana supaya anak kita bisa dioperasi. Jika untuk anak
kita saja kita bisa paksakan diri kita, maka apalagi untuk Allah.
Akhirnya security itu setuju untuk menyedekahkan
kas bonnya. Tidak tanggung-tanggung dia kas bon satu bulan gaji. Dia sedekahkan
uang kas bon satu bulan gaji itu.
Apa yang terjadi bulan
depannya? Teman-teman security itu
melihat dia menjual motornya. Tapi tahukah kita kenapa motornya di jual? Dia
bilang itu karena dia malu kepada Allah...” Bulan kemarin, ketika saya diminta
untuk bersedekah motor oleh Ust. Yusuf Mansur, saya tidak berani. Saya hanya
bersedekah kas bon satu bulan gaji. Tapi ternyata, Allah memberikan rezeki
melalui istri saya, yang mendapat uang dari kampung sejumlah Rp 17,5 juta. Saya
malu sama Allah... Disuruh sedekah motor saya nggak berani, ternyata Allah
memberikan rezeki 10 kali lipat dari sedekah yang saya keluarkan, sesuai dengan
janji Allah. Saya jual motor saya ingin memberangkatkan ibu saya naik haji.”
Allah Kariim... Ini adalah
kisah 7-8 tahun lalu. Allah mengangkat derajat dia. Ternyata security tersebut adalah seorang lulusan
S1 Akutansi yang nyemplung jadi security. Setelah dia jalani shalat
tepat waktu dan sedekah, Allah angkat derajatnya, dia diangkat jadi pegawai
honorer. Masya Allah...