Selasa
PENELITIAN SEDEKAH
Pertanyaan tiga tahun lalu
ini (sejak 2005), kini terjawab sudah. “Money
busy happiness. Especially if you give
it away,” kata Brendan Borrell di
majalah ilmiah populer Nature edisi
Maret 2008. Jawaban senada diberikan Elsa Youngsteadt di Sciene NOW Daily News,
edisi 20 Maret 2008, dalam artikel berjudul “The Secret to Happinees Giving”.
Kesimpulan Borell dan
Youngsteadt berangkat dari hasil penelitian paling gres yang dilakukan
Elizabeth Dunn dari University of British Columbia, Vancouver, Kanada.
“Spending Money on Other Promotes Happiness”. Demikian judul resume hasil riset Dunn yang
dimuat di jurnal Science, vol. 319/
Maret 2008.
Dunn, seorang pakar
psikologi sosial, dalam kajiannya ingin menguak jenis belanja yang mendorong
munculnya kebahagiaan pada diri pembelanja. Timnya meneliti perilaku 109
mahasiswa university of British Columbia sebagai responden.
Jelas, ketika ditanya,
kebanyakan mahasiswa itu mengaku lebih bahagia punya 20 dolar ketimbang hanya 5
dolar. Mereka pun umumnya akan membelanjakannya untuk kepentingan pribadi
daripada membela hajat orang lain.
Dunn dan timnya lalu
memberi 46 mahasiswa lain uang masing-masing 5 dolar atau 20 dolar. Mereka
kemudian diminta membelanjakannya untuk hal-hal tertentu. Setelah dievaluasi,
yang merasa lebih bahagia ternyata adalah mahasiswa yang mengeluarkan uang
untuk amal kemanusiaan atau membeli hadiah bagi orang lain, daripada yang
menggunakan uang untuk diri sendiri; seperti melunasi tagihan atau foya-foya.
Jajak pendapat juga
dilakukan pada 16 karyawan di sebuah perusahaan di Boston setelah dan sebelum
mereka mendapat bonus dengan jumlah beragam. Dunn dan rekannya juga mengumpulkan
data gaji, pengeluaran dan tingkat kebahagiaan dari 632 orang di Amerika
Serikat.
Data tersebut lalu dikorelasikan.
Kesimpulannya, di kedua kelompok orang itu, kebahagiaan lebih dipengaruhi oleh
jumlah uang yang disedekahkan ketimbang total
amount dari pendapatan atau bonus pekerja.